Senin, 28 November 2011

PIJAT BAYI


Sentuhan atau pijatan pada bayi dapat merangsang produksi ASI karena dapat meningkatkan frekuensi menyusui, meningkatkan nafsu makan dan berat badan bayi. Tindakan ini juga akan mempererat tali kasih orangtua dan anak, serta menjadi dasar positif bagi pertumbuhan emosi dan fisik bayi.
Bayi cukup bulan usia 1 – 3 bulan yang dipijat 15 menit dua kali seminggu selama enam minggu mengalami kenaikan berat badan lebih tinggi daripada kelompok bayi yang tidak dipijat. Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10). Ini membuat kadar enzim penyerapan gatrin dan insulin naik sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan bayi cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusui. Akibatnya produksi ASI akan lebih banyak.

Manfaat Pijat Bayi
Efek Bikimia yang positif
1.      Menurunkan kadar hormon stress
2.      Meningkatkan serotonin

Efek Fisik
1.      Meningkatkan sitotoksitas (daya tahan tubuh)
2.      Mengubah gelombang otak secara positif
3.      Memperbaiki sirkulasi darah & pernafasan
4.      Meningkatkan kesiagaan
5.      Membuat tidur lelap
6.      Merangsang fungsi pencernaan
7.      Menigkatkan berat badan bayi
8.      Meningkatkan volume ASI
9.      Meningkatksn hubungan batin antara orang tua dan bayi

Waktu yang dianjurkan untuk Pijat Bayi
1.      Dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan
2.      Dilakukan setiap hari sampai bayi berusia 6-7 bulan
Waktu Terbaik
3.      Pagi hari, saat orang tua dan anak siap memulai hari baru
4.      Malam hari, sebelum tidur, sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak

Persiapan Sebelum Memijat
1.      Tangan bersih dan hangat
2.      Potong kuku & lepas perhiasan Anda
3.      Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
4.      Bayi selesai makan atau sedang tidak lapar
5.      Sediakan waktu 15 menit tanpa gangguan
6.      Duduklah dengan posisi yang nyaman
7.      Baringkan bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan bersih
8.      Siapkan handuk, popok, baju ganti dan baby lotion
9.      Mintalah ijin pada bayi sebelum memijat dengan membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara

Tindakan yang disarankan selama pemijatan
1.      Memandang mata bayi dengan kasih sayang
2.      bernyanyilah atau putar lagu-lagu lembut
3.      awalilah pemijatan dengan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap tambahkan tekanan
4.      sebelum pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion
5.      sebaiknya ppemijatan dimulai dari kaki
6.      tanggap pada isyarat yang diberikan bayi
7.      mandikan segera setelah pemijatan terakhir agar bayi merasa segar. Jika pemijatan dilakukan malam hari, bayi diseka dengan air hangat
8.      hindarkan mata bayi dari baby oil
Tindakan yang tidak dianjurkan
1.      Memijat bayi langsung setelah makan
2.      Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
3.      Memijat bayi saat tidak sehat
4.      Memijat bayi saat tidak mau dipijat
5.      Memaksa posisi pijat tertentu pada bayi

Cara Pemijatan Sesuai Usia Bayi
1.      0 – 1 bulan disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Sebelum tali pusat lepassebaiknya tidak melakukan pemijatan di daerah perut
2.      1 -  3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan dalam waktu yang singkat
3.      3 – 3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat

Jumat, 25 November 2011

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

A.       BATASAN/PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir atau sesaat setelah lahir.

B.        FISIOLOGI PERNAFASAN BAYI BARU LAHIR
Selama dalam rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrisi dari ibu melalui mekanisme difusi yaitu melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada darah janin. Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru-paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan CO2 sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam jumlah yang besar. Setelah bayi lahir, ia tidak lagi tergantung dengan plasenta tetapi segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen. Setelah lahir paru-paru harus segera terisi dengan oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh.
C.       REAKSI BAYI PADA MASA TRANSISI
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara kedalam paru. Hal tersebut akan mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan intertisial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteri pulmonal dan ibu menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap  kontriksi dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen sehingga tidak dapat memberikan perfusi ke organ tubuh seperti otak, jantung, ginjal dll. Jika kondisi ini tetap berlangsung lama maka akan terjadi kerusakan jaringan otak dan organ lain yang dapat mnyebabkan kematian atau kecacatan.
D.       PATOFISIOLOGI
Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Pernafasan merupakan tanda vital pertama yang berhenti ketika BBL kekurangan oksigen. Periode awal bayi akan mengalami nafas cepat (rapid breathing) yang disebut gasping primer. Setelah periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi tidak bernafas (apnue) yang disebut apnu primer. Pada saat ini frekuensi jantung mulai menurun, namun tekanan darah masih tetap bertahan.
Jika kondisi tersebut berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan BBL, maka bayi akan melakukan usaha napas megap-megap yangdisebut gasping sekunder  kemudian masuk kedalam periode apnu sekunder. Pada saat ini frekuensi jantung semakin menurun dan tekanan darah semakin menurun dan dapat menyebbkan kematian jika bayi tidak segera ditolong. Sehingga setiapp menjumpai kasus dengan apnu harus dianggap sebagai apnu sekunder dan segera dilakukan resusitasi.
E.        ETIOLOGI / PENYEBAB ASFIKSIA
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan faktor bayi, yaitu:
Faktor ibu
  • Preeklampsia dan eklampsia
  • Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
  • Partus lama atau partus macet
  • Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
  • Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor Tali Pusat
        Lilitan tali pusat
        Tali pusat pendek
        Simpul tali pusat
        Prolapsus tali pusat
        Infark plasenta
        Hematom plasenta

Faktor Bayi
        Bayi prematur
        Persalinan sulit ( sungsang, bayi kembar, distosia bahu, VE, forsep )
        Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi
        Air ketuban bercampur mekoneum
F.    DIAGNOSIS
1.        Anamnesa
·        Penyulit persalinan (perdarahan antepertum, lilitan tali pusat, sungsang, VE, Ekstraksi forsep, dll)
·        Lahir tidak bernafas/menngis
·        Air ketuban bercampur mekonium
2.      Pemeriksaan fisik
·        Bayi tidak bernafas/megap-megap
·        Denyut jantung kurang dari 100x/menit
·        Kulit sianosis, pucat
·        Tonus otot menurun
·        Untuk penilaian asfiksia tidak perlu menunggu nilai APGAR
Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien dan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :
·       Penafasan
·       Denyut jantung
·       Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

GAWAT JANIN

PENGERTIAN
Gawat janin  adalah reaksi janin pada kondisi dimana terjadi ketidak cukupan oksigen

BAGAIMANA MENGETAHUI GAWAT JANIN?
        Frek bunyi jantung < 100x/menit atau > 180x/menit
        Berkurangnya gerakan janin
        Adanya air ketuban bercampur mekoneum pd bayi dg presentasi kepala
CARA MENCEGAH GAWAT JANIN
        Pemantauan persalinan dg PARTOGRAF
        Anjurkan ibu u/ sering ganti posisi selama persalinan
IDENTIFIKASI
        Periksa frek bunyi jantung janin setiap 30 menit pd kala I dan  tiap 15 menit sesudah pembukaan lengkap
        Periksa ada tidaknya air ketuban bercampur mekoneum
PENANGANAN
        Tingkatkan suplai oksigen dg cara :
        Minta ibu merubah posisi tidurnya
        Berikan cairan oral/IV pd ibu
        Beri oksigen
        Periksa DJJ setelah 10-15 menit tindakan di atas
        RUJUK jika frek DJJ tdk normal
        Jika tidak  memungkinkan untuk dirujuk siapkan untuk menolong BBL dengan asfiksia


MANAJEMEN ASFIKSIA

Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
  1. 2 helai kain / handuk.
  2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
  3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
  4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
  5. Kotak alat resusitasi.
  6. Jam atau pencatat waktu

    .