Kamis, 22 Januari 2009

RAWAT GABUNG

RAWAT GABUNG ( ROOMING IN )


Siti Fadhilah,S.SiT

1. PENGERTIAN

Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.

Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya.

Ada dua jenis rawat gabung :

a. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam

b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.

Rawat gabung parsial saat ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.

2. TUJUAN RAWAT GABUNG

a. Memberikan bantuan emosional

1). Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi

2).Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi

b. Penggunaan ASI

1). Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI

2). Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin

c. Pencegahan infeksi

mencegah terjadinya infeksi silang

d. Pendidikan kesehatan

Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu

e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

  1. MANFAAT RAWAT GABUNG

a. Bagi ibu

1). Aspek psikologi

Ø Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi

Ø Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya

Ø Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.

2). Aspek fisik

Ø Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik

Ø Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi

b. Bagi bayi

1). Aspek psikologi

Ø Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.

Ø Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak

2). Aspek fisik

Ø Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat memberikan kekebalan/antibodi

Ø Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya

Ø Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil

Ø Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang

Ø Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi

Ø Alergi terhadap susu buatan berkurang

c. Bagi keluarga

1). Aspek psikologi

Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi

2). Aspek ekonomi

Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.

d. Bagi petugas

1). Aspek psikologi

Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan pekerjaan lainnya.

2). Aspek fisik

Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan

4 PELAKSANAAN

a. Di poliklinik kebidanan

Ø Penyuluhan tentang ASI

Ø Memutar film

Ø Melayani konsultasi masalah ibu dan anak

b. Kamar persiapan

Ø Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik.

Ø Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS dimana ia akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar, poster, brosur dsb untuk membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan ini tidak boleh terdapat botol susu, dot atau kempengan apalagi iklan susu formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu menyusui.

c. Kamar Persalinan

Ø Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan benar. Serta menyusui segera setelah lahir.

Ø Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera memproduksi ASI

d. Kamar perawatan

Ø Bayi diletakkan dekat dengan ibunya

Ø Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal

Ø Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara

Ø Mencatat keadaan bayi sehari-hari

Ø KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare

Ø Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus

  1. SASARAN DAN SYARAT

a. Bayi lahir dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong

b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb

c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.

d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)

e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih

f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih

g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum

h. Bayi dan ibu sehat

  1. KONTRA INDIKASI

Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :

a. Ibu

Ø Penyakit jantung derajat III

Ø Pasca eklamsi

Ø Penyakit infeksi akut, TBC

Ø Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek

Ø Karsinoma payudara

b. Bayi

Ø Bayi kejang

Ø Sakit berat pada jantung

Ø Bayi yang memerlukan pengawasan intensif

Ø Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu

  1. PERSYRARATAN RAWAT GABUNG YANG IDEAL

a. Bayi

Ø Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu

Ø Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi

Ø Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm

b. Ibu

Ø Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm

Ø Tinggi 90 cm

c. Ruang

Ø Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m

Ø Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan)

d. Sarana

Ø Lemari pakaian

Ø Tempat mandi bayi dan perlengkapannya

Ø Tempat cuci tangan ibu

Ø Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri

Ø Ada sarana penghubung

Ø Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana

Ø Perlengkapan perawatan bayi

e. Petugas

Ø Rasio petugas dengan pasien 1 : 6

Ø Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG

7. MODEL PENGATURAN RUANGAN RAWAT GABUNG

a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya

b. empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya

c. beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yang kedap udara

d. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama

e. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu

  1. KEUNTUNGAN & KERUGIAN

a. Keuntungan

Ø Menggalakkan penggunaan ASI

Ø Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat

Ø Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaanbayi yang aneh

Ø Ibu dapat belajar merawat bayi

Ø Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan

Ø Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi

Ø Berkurangnya infeksi silang

Ø Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan

  1. Kerugian

Ø Ibu kurang istirahat

Ø Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena oengaruh orang lain

Ø Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung

Ø Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas

Daftar Pustaka

Cakul obsgyn, FKUI , Kamar bersalin dan rawat gabung

Sutjiningsih, Petunjuk ASI

STIMULASI TUMBANG

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK

By. Siti Fadhilah,S.SiT

1. Pengertian

Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan luar anak (Mursintowarti, 2002). Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga atau orang dewasa lain di sekitar anak.

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak (Soetjiningsih, 1995). Anak yang lebih banyak mendapatkan stimulasi cenderung lebih cepat berkembang. Stimulasi ini juga berfungsi sebagai penguat. Memberikan stimulasi yang berulang dan terus menerus pada setiap aspek perkembangan anak berarti anak telah memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah . Dengan mengasah kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin meningkat. Pemberian stimulus dapat dengan cara latihan dan bermain. Anak yang mendapat sitimulus terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapatkan stimulus.

2. Prinsip Stimulasi

Dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sbb;

l Sbg ungkapan rasa cinta & sayang, bermain bersama anak sambil menikmati kebahagiaan bersama anak

l Bertahap & berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemampuan perkembangan ( motorik kasar, motorik halus, bahasa & personal social)

l Dimulai dari tahapan perkembangan yng telah dicapai anak

l Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman/bentakan

l Anak selalu diberi pujian

l Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak berbahaya & mudah didapat

l Suasana dibuat menyenangkan & bervariasi

3. Fungsi Bermain pada Anak

Wong (1995) dalam Nursalam (2005), menjelaskan fungsi bermain sebagai berikut;

a. Perkembangan sensori motor

Perkembangan sensori motor ini didukung oleh stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.

Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan anak. Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui penglihatannya. Oleh karena itu orang tua sangat disarankan untuk memberikan mainan berwarna- warni pada usia tiga bulan pertama.

Stimulasi pendengaran (stimulus auditif) sangat penting untuk perkembangan bahasanya.

Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang mencukupi pada anak berarti memberikan kasih sayang yang diperlukan oleh anak. Stimulus ini akan memberikan rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih responsif dan berkembang.

Stimulus kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungannya yang berbeda.

b. Perkembangan kognitif (intelektual)

Anak belajar mengenal warna, bentuk/ukuran, tekstur dari berbagai macam objek, angka dan benda. Anak belajar utuk merangkai kata, berpikir abstrak dan memahami hubungan ruang seperti naik, turun, dibawah dan terbuka.

c. Sosialisasi

Sejak awal masa anak-anak, bayi telah menunjukkan ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain, terutama terhadap ibu.

d. Kreativitas

Tidak ada situasi yang lebih menguntungkan/ menyenangkan untuk berkreasi dari pada bermain. Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya.

e. Kesadaran diri

Dengan aktivitas bermain, anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri. Anak belajar untuk memahami kelemahan dan kemampuannya dbandingkan dengan anak yang lain. Anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.

f. Nilai- nilai Moral

Anak mulai belajar tentang perilaku yang benar dan salah dari lingkungan rumah maupun sekolah. Dengan mengenal lingkungan anak akan berinteraksi yang akan memberikan makna pada latihan moral. Mereka mulai belajar mentaati aturan.

g. Nilai terapeutik

Bermain dapat mengurangi tekanan atau stress dari lingkungan, anak dapat mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan atau situasi sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspesikan di dunia nyata.

4. Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya dan berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif dan sosial anak (Soetjiningsih, 1995). Bermain aktif merupakan aktivitas bermain yang membuat anak memperoleh kesenangan dan yang dilakukan sendiri, misalnya :

  1. mengamati atau menyelidiki (exploratif play), misalnya memeriksa, memperhatikan, mencium,menekan dan kadang berusaha membongkar alat permainan
  2. membangun (constuction play), misalnya menyusun balok-balok menjadi bentuk rumah, mobil, bangunan gedung dll.
  3. Bermain peran (dramatic play), misalnya bermain sandiwara, rumah-rumahan dan boneka
  4. Bermain sepak bola, bola voli, dll

5. Jenis Permainan

Alat permainan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi perkembangannya sehingga harus disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya. Bermain diawali dari yang sederhana sampai yang kompleks. Berdasarkan isinya, bermain dapat dibedakan menjadi permainan yang berhubungan dengan orang lain (social pleasure play), permainan yang berhubungan dengan kesenangan (sense pleasure play), permainan yang hanya memperhatikan saja (unocupid behavior) dan permainan ketrampilan (skill play).

Berdasarkan karakteristik sosial, bermain merupakan interaksi antara anak dan orang dewasa yang dipengaruhi oleh usia anak. Tipe permainannya diantaranya permainan dengan mengamati teman-temannya bermain (onlooker play), permainan yang dimainkan sendiri (solitary play), permainan bersama teman tanpa interaksi ( pararrel play), permainan bersama tanpa tujuan kelompok ( associative play), dan permainan dengan bermain bersama yang diorganisir (cooperative play).

Contoh Stimulus yang dapat diberikan pada anak usia kurang dari 1 tahun

USIA

STIMULUS VISUAL

STIMULUS AUDITIF

STIMULUS TAKTIK

STIMULUS KINETIK

0 – 3 BULAN

Onjek warna terangdi atas tempat tidur

Mengajak bicara

Mendengarkan musik lonceng

Membelai, menyisir, menyelimuti

Berjalan-jalan

4 – 6 BULAN

Menonton TV, mainan warna terang yang dapat dipegang

Mengajak bicara

Panggil namanya

Bermain air

Berdiri pada paha orang tua

Membantu tengkurap,duduk

7 – 9 BULAN

Menonton TV, mainan warna yang terang dan dapat dipegang

Bermain ciluk ba

Panggl namanya

Ajari memanggil orangtuanya

Memberitahu yang sedang dilakukan

Mengenal bebagai tekstur

Bermain air

Membantu tengkurap di lantai

Latih berdiri

Permainan tarik dorong

10 – 12 BULAN

Ajak ke tempat ramai

Kenalkan gambar

Suara binatang

Menyebutkan bagian tubuh

Merasakan hangat/dingin

Memegang makan sendiri

Permainan tarik dorong

Bersepeda

LINGKUP ASUHAN BAYI BARU LAHIR

LINGKUP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN ANAK BALITA

1. Bayi baru lahir normal

2. Bayi baru lahir bermasalah

a. Bercak mongol

b. Hemangioma

c. Ikterik

d. Muntah dan gomoh

e. Oral trush

f. Diaper rash

g. Seborrhea

h. Bisulan

i. Milliariasis

j. Diare

k. Obstipasi

l. Infeksi

3. Kelainan bawaan pada bayi baru lahir

a. Labioskiziz dan labiopalatoskiz

b. Atresia esophagus

c. Atresia anus

d. Hirschprung

e. Obstruksi biliaris

f. Omfalokel

g. Hernia diafragmatika

h. Atresia duodeni

i. Meningokel.ensefalokel

j. Hidrosefalus

k. Fimosis

l. Hipospadia

4. Trauma pada bayi baru lahir

a. Caput suksedaneum

b. Cephal Hematoma

c. Trauma pada fleksus brachialis

d. Fraktur klavikula dan fraktur humerus

5. Neonatus beresiko tinggi

a. BBLR

b. Asfiksia neonatorum

c. Sindroma gangguan pernapasan

d. Kejang

e. Hypotermi

f. Hipertermi

g. Hypoglikemi

h. Tetanus neonatorum

BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. Pengertian

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.

Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.

Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

B. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

1. Berat badan 2500 - 4000 gram

2. Panjang badan 48 - 52 cm

3. Lingkar dada 30 - 38 cm

4. Lingkar kepala 33 - 35 cm

5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit

6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit

7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitalia;

Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan

C. Reflek – Reflek Fisiologis

1. Mata

a. Berkedip atau reflek corneal

Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.

b. Pupil

Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup.

c. Glabela

Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.

2. Mulut dan tenggorokan

a. Menghisap

Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.

b. Muntah

Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.

c. Rooting

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan

d. Menguap

Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup

e.Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan

f.Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir

3. Ekstrimitas

a. Menggenggam

Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari

b. Babinski

Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi

c. Masa tubuh

(1). Reflek moro

Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah.

(2). Startle

Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam

(3). Tonik leher

Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.

(3). Neck – righting

Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis

(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)

Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.

D. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah :

1. Pencegahan Infeksi

Ø Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi

Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan

Ø Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Ø Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.

2. Melakukan penilaian

Ø Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

Ø Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas

Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas

a. Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

a. Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut

b. Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.

c. Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

Mencegah kehilangan panas

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :

a. Keringkan bayi dengan seksama

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)

c. Selimuti bagian kepala bayi

Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran

e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.

Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :

(1). Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)

(2). Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam.

(3). Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan

(4). Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.

(5). Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat

(6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering

(7). Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik

(8). Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik

(9). Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya

f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI

4. Membebaskan Jalan Nafas nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

Ø Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

Ø Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.

Ø Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.

Ø Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.

Ø Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat

Ø Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

Ø Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)

Ø Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.

5. Merawat tali pusat

Ø Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.

Ø Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.

Ø Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi

Ø Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.

Ø Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.

Ø Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.

Ø Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%

Ø Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)

6. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :

Ø Keringkan bayi secara seksama

Ø Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat

Ø Tutup bagian kepala bayi

Ø Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

Ø Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

Ø Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)

7. Pencegahan infeksi

Ø Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.

Ø Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.

Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat

Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :

Ø Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.

Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

Ø Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.

Ø Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.

Ø Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)

8. Identifikasi bayi

Ø Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

Ø Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi

Ø Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas

Ø Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu

Ø Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002)

Rujukan

  1. DepKes RI, 1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga
  2. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta
  3. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir,Pusdiknakes.Jakarta
  4. Modul Asuhan Persalinan Normal